Yahchhhzzz ..................... Temen-temen banyak yang aku peroleh cerita sampai masa kini. Alangkah indah hidup ini jika kita menceritakannya ke dalam buku harianmu dan engkau tuliskan sebuah gambaran betapa mengesankannya dirimu di dalam sebuah isi karangan itu. Nahhzzz ........... Sekarang nichhzzz temen-temen aku mau memberikan kesan atau pesen nichhh buat kalian semua dan hhhmmmm ....... Ceritanya sich nggak sama dengan yang hari biasanya yang aku karang sebelumnya, namun kesan maupun pesannya sangatlah indah
“Insya Allah”
Nachhh ..... Ada sepenggalan dialog sebuah cerita tentang Bapak Wardhi. Namanya samarannya. Bapak Wardhi sedang menjatuhkan sebuak keringatnya kebawah tanah hanya untuk mencari nafkah dengan berjualan “ketoprak” di sepanjang jalan Jakarta. Dengan membawakan sebuah gerobaknya dia dorong dengan melangkahkan kaki dirinya sebagai “ayam bertelur di lumbung padi” dan kata-kata itulah yang pantas untuk sebuah pengorbanan Bapak Wardhi yang tak pernah merasa cemes dan kuatir akan kemiskinan maupun kekurangan hidupnya.
“Tuk...... Tuk...... Tuk...... Ketoprak............
Ketoprak..... Bu.... Bapak..... Ketoprak....... Pak....”
“Bapak ....... Pak.... Ketoprak, Pak.....!!!!” sang pembeli memanggil Pak Wardhi.
“Oh inggih Bu......”
“Berapa Pak ketopraknya yah, Pak.....???” sang pembeli.
“Inggih, ketoprak meniki ing regane murah kok Bu.... Lan enak rasane...... Badhe masakan ing tradisional kutha jakarte.....” Bapak Wardhi.
“Badhe ing regane sangatlah murah cuman 4000 lan maleh ngombene menika..... Bu.....!!!!”
“Yah.... Sudah saya mau membeli ketoprak 2 piring dan minumnya es teh ya Pak. Jangan manis-manis pak” Sang pembeli ketoprak tersebut.
“Inggih Bu.....” sahut Bapak.
Namun suatu ketika hari yang lalu telah berlalu dengan hangatnya sunyi bersama keluarga yang telah diberikan sebah tanda dengan adanya surya yang tenggelam di ufuk barat, tetapi hari yang melelahkan itu menjadi peristiwa yang sangatlah kurang menyenangkan bagi suami istri tersebut. Bapak Wardhi memiliki istri yang bernama Siti Zullaihah, panggilannya di kampung atau di rumahnya dipanggil Siti. Suatu ketika Siti mendengar suara pintu terbuka, Siti keluar ke ruangan tamu eh ternyata Pak Wardhi disambut yang tak sepantasnya. “Assalamu’alaikum.....” Pak Wardhi.
“Eh.... Enak aja langsung masuk nggak pake duit, jika kita mau ke toilet supermarket aja bayar. Masa masuk rumah nggak pake duit....????? Duitnya dooongxxzz...” sahut Siti.
“Astaghfirullah hal’adzim.... Saya capek bu. Masa saya bekerja sampai malam begini ibu menyambut suaminya masa yang tidak baik. Apalagi itu untuk apa. Dibuat apakah uang itu bu.....?????” dengan lelah letih tak berdaya Pak Wardhi mengeluh.
“Haaaaa.... kamu kirain ini buat apa???? Ini itu untuk makan kamu, tau.....!!!” bentak istrinya.
“Iya bu..... Besuk..... Insya Allah besuk????” kata Bapak Wardhi.
“Ya sudah benar ya besuk yahhh....??? Awas kamu nanti !!!” tekan istrinya.
Waktu telah bergulir dengan cepatnya. Matahari pun akan terbit fajar, tetapi suasana masih sunyi. Disitulah Bapak Wardhi membutakan matanya dan memuja-memuji dengan guraian yang tak kala lama alunan haru nan nafasnya. Ia memohon dan meminta pertolongan serta petunjuk kepada Allah SWT yang menciptakan bumi dan langit beserta isinya. Tak lama kemudian sekitar pkl. 7 lewat 10 menit Bapak Wardhi pergi untuk bekerja berangkat kembali. Namun setelah berangkat kembali, eh ternyata keesokan harinya Siti ngomel-ngomel meminta uang pembayarannya. Setelah itu Bapak Wardhi mengeluh tak punya uang dan akhirnya Siti nggak betah akan kemiskikan dan kemelaratan yang terjadi. Pergilah Siti Zullaihah dari rumahnya dan tak akan kembali.
Akan tetapi di suatu ketika seperjalanan Siti Zullaihah mengalami kebutaan mata. Dia berdiri tepat di warung Bu Harjonoko.
“Ibu...... Saya mau beli nasi rawon dan es degan, satu ya bu.....!!! Ya....” Siti Zullaihah yang sedang memesan makanan di warung.
“Yah.... Harganya semuanya Rp.7000.” jawab sang penjual tersebut.
“Yah sudah terima kasih....!!!” jawabnya.
Setelah itu ada seorang tante-tante kaya raya yang hendak memamerkan suatu barang berharganya yang berisikan sekotak penuh, yaitu mutiara, emas, perak. Itupun kalung maupun cincin dari suaminya. Eh tiba-tiba ada ojek yang sedang lewat, tante tersebut pun berpamitan bersama teman-temannya itu. Nan akhirnya dia pergi dan kotak yang berisi barang tersebut dibawa. Eh ternyata sewaktu diperjalanan kotak itu terjatuh.
Siti Zullaihah yang sudah makan ia berjalan melewati jalan yang tante melewati tersebut dan dibukanya kotak itu, ia terkejut dan melototlah mata dengan bermatakan ijo-ijo..... “hhhhhaaaaa” namun setelah itu ia melihat dan berfikir sejenak serta ia mengira-ngira dia pernah melihat kotak itu. Dan akhirnya dia nengingatbnya. “Oh iya..... Ini punyanya tante itu... kan???” dan teringatlah si dia.
Namun dia memiliki firasat yang dengki dan maksiat. Dia menjualkan semua mutiara dan emas itu ke toko perhiasan dan uang itu ia belikan rumah bagaikan istana putri salju............... Dan setelah memiliki itu semua tak banyak yang ia lakukan, alias {demi waktu} waktu-waktunya dijadikan hura-hura dan sangat-sangatlah jauh dari kemaksiatan atau telah membangkangkan perintah Allah bahkan dia tak percaya adanya Allah itu apa....????.
Dan terinjaklah dia ke dalam telanan bumi sudah 1 tahun dia meninggalkan suaminya {bapak Wardhi} ia kini telah terjerumus dengan adanya penyakit HIV AIDS dan tidak dapat disembuhkan hanya tinggal menunggu beberapa lama saja untuk menunggunya dan itu disebabkan dia mengikuti PSK. Setelah itu tak terkontrol dirinya ia meninggalkan rumah itu dan berlari bagaikan ani-ani terbang tanpa ayuran dan ada mobil Kijang Innova tertabraklah ia kejalan dan masuk ke rumah sakit.
Di sisi lain yang tak disangka-sangka Pak Wardhi melihat kecelakaan itu dan ternyata itu adalah istrinya. Ditolonglah Pak Wardhi dengan orang untuk dibawa ke rumah sakit. Eh ternyata diperiksa oleh dokternya ia telah meninggal dunia innalillahi wainnailaihi raji’un. Dan Pak Wardhi pun memetik hikmah itu bahwa “Engkau sebenarnya telah diperangi oleh waktu karena waktu yang tak bermanfaat dan janganlah engkau tergila-gila oleh harta hingga menjadi engkau tersesat di jalan Allah. Karena sebenarnya Allah benci dengan orang yang membangkang kepada Allah”.
Karangan : Ainul Inayatullah
Kelas 8-A
Senin, 08 Maret 2010
“Kisah Penjual Ketoprak Jakarte”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar