SUSUNAN REDAKSI

Suwardi, S.P.: Pelindung

Drs. H. Ma’shum Ade: Penanggung Jawab

Drs. Koesno: Liputan Editorial

Suhadianto, M.Psi: Profil Suroboyoan

H. Sugijono, S.Pd: Three in One Sastra Budaya

Dra. Mutiah: Islam Kontemporer Opini

Dra. Hj. Tutut Werdiningsih: Gaya dan Pesona IPTEK

Yunita Nurul Amini, S.Psi: Psikologi Problem Motivasi Belajar

Sri Indah Winarti: Dari Aku Untuk Kamu English Corner

M. Zaenal A: Desain / Layout Sirkulasi

Eva Nur Fadillah, SE: Bendahara

MAJALAH INAYAH EDISI 8 2010

Senin, 08 Maret 2010

PERSAHABATAN SUNYI


Di sebuah jembatan penyeberangan tak beratap, matahari menantanggarang di langit Jakarta yang berselimut karbon dioksida. Orang-orangmelintas dalam gegas bersimbah peluh diliputi lautan udara bermuatanasap knalpot. Lelaki setengah umur itu masih duduk di situ,bersandarkan pagar pipa-pipa besi, persis di tengah jembatan.Menekurkan kepala yang dibungkus topi pandan kumal serta tubuh dibalutbusana serba dekil, tenggorok di atas lembaran kardus bekas airkemasan. Di depannya sebuah kaleng peot, nyaris kosong dari uang
recehlogam pecahan terkecil yang masih berlaku. Dan, di bawah jembatan,mengalir kendaraan bermotor dengan derasnya jika di persimpangan takjauh dari jembatan itu berlampu hijau. Sebaliknya, arus lalu lintas itumendadak sontak berdesakan bagai segerombolan domba yang terkejut olehauman macan, ketika lampu tiba-tiba berwarna merah.

Lelaki setengah umur yang kelihatan cukup sehat itu akan "tutup praktik"ketika matahari mulai tergelincir ke Barat. Turun dengan langkah pastimenuju lekukan sungai hitam di pinggir jalan, mendapatkan gerobakdorong kecil beroda besi seukuran asbak. Dari dalam gerobak yang penuhdengan buntelan dan tas-tas berwarna seragam dengan dekil tubuhnya, iamencari-cari botol plastik yang berisi air entah diambil dari mana,lalu meminumnya. Setelah itu ia bersiul beberapa kali. Seekor anjingbetina kurus berwarna hitam muncul, mengendus-endus danmenggoyang-goyangkan ekornya. Ia siap berangkat, mendorong gerobakkecilnya melawan arus kendaraan, di pinggir kanan jalan. Anjing kurusitu melompat ke atas gerobak, tidur bagai anak balita yang merasatenteram di dodong ayahnya.

Melintasi pangkalan parkir truk yang berjejer memenuhi trotoar, para pejalan kaki terpaksamelintas di atas aspal dengan perasaan waswas menghindari kendaraanyang melaju. Lelaki itu lewat begitu saja mendorong gerobak bermuatananjing dan buntelan-buntelan kumal miliknya sambil mencari-cari puntungrokok yang masih berapi di pinggir jalan itu, lalu mengisapnya dengansantai. Orang-orang menghindarinya sambil menutup hidung ketikaberpapasan di bagian jalan tanpa tersisa secuil pun pedestrian karenatelah dicuri truk-truk itu.

Lelaki setengah umur itumemarkir gerobak kecilnya di bawah pokok akasia tak jauh setelahmembelok ke kanan tanpa membangunkan anjing betina hitam kurus yangterlelap di atas buntelan-buntelan dalam gerobak itu. Ia menepi kepinggir sungai yang penuh sampah plastik, lalu kencing begitu saja. Iatersentak kaget ketika mendengar anjingnya terkaing. Seorang bocahperempuan ingusan yang memegang krincingan dari kumpulan tutup botolminuman telah melempari anjing itu. Lelaki itu berkacak pinggang,menatap bocah perempuan ingusan itu dengan tajam. Bocah perempuaningusan itu balas menantang sambil juga berkacak pinggang. Anjingbetina hitam kurus itu mengendus-endus di belakang tuannya, sepertiminta pembelaan.

Lelaki itu kembali mendorong gerobak kecilnya dengan bunyi kricit- kricit roda besi kekurangan gemuk. Anjingbetina kurus berwarna hitam itu kembali melompat ke atas gerobak,bergelung dalam posisi semula. Bocah perempuan yang memegang krincinganitu mengikuti dari belakang dalam jarak sepuluh meteran. Bayangan jalanlayang tol dalam kota, melindungi tiga makhluk itu dari sengatanmatahari. Sementara lalu lintas semakin padat, udara semakin pepatberdebu.

Tiba-tiba, lelaki setengah umur itu membelokkan gerobak kecilnya ke sebuah rumah makan yang sedang padat pengunjung.Dari jauh, seorang satpam mengacung-acungkan pentungannyatinggi-tinggi. Lelaki itu seperti tidak memedulikannya, terus sajamendorong hingga ke lapangan parkir sempit penuh mobil di depanrestoran itu. Sepasang orang muda yang baru saja parkir hendak makan,kembali menutup pintu mobilnya sambil menutup hidung ketika lelaki itumenyorongkan gerobaknya ke dekat mobil sedan hitam itu. Seorang pelayanrumah makan itu berlari tergopoh- gopoh keluar, menyerahkan sekantongplastik makanan pada laki-laki itu sambil menghardik.

"Cepat pergi!"

LELAKI setengah umur itu menghentikan gerobak kecilnya di depan sebuah halte bus kota. Mengeluarkan beberapa koin untuk ditukarkan dengan beberapa batang rokok yang dijual oleh seorang penghuni tetap halte itu dengan gerobak jualannya. Orang-orang yang berdiri di dekat gerobak rokok itu menghindar tanpa peduli. Halte itu senantiasa ramai karena tak jauh dari situ ada satu jalur pintu keluar jalan tol yang menukik dan selalu sesak oleh mobil-mobil yang hendak keluar. Lelaki itu meneruskan perjalanannya menuju kolong penurunanjalan layang tol itu. Meski berpagar besi, telah lama ada bagian yang sengaja dibolongi oleh penghuni-penghuni kolongjalan layang itu untuk dijadikan pintu masuk. Tempat lelaki setengah umur itu di pojok yang rada gelap dan terlindung dari hujan dan panas. Dari dulu tempatnya di situ, tak ada yang berani mengusik. Kecuali beberapa kali ia diangkut oleh pasukan tramtib kota, lalu kemudian dilepas dan kembali lagi ke situ. Ia lalu membongkar isi gerobaknya, mengeluarkan lipatan kardus dan mengatumya menjadi tikar. Anjing betina berwama hitam kurus itu mengibas-ngibaskan ekomya ketika lelaki itu mengambil sebuah piring plastik dari dalam buntelan, lalu membagi makanan yang didapatnya dari rumah makan tadi. Keduanya makan dengan lahap tanpa menoleh kanan-kiri.

Bocah perempuan ingusan itu berdiri dari jauh di bawah kolong jalan layang itu, memandang dengan rasa lapar yang menyodok pada dua makhluk yang sedang asyik menikmati makan siang itu. Ia memberanikan dirinya menuju kedua makhluk itu, lalu bergabung makan dengan anjing betina berwama hitam kurus itu. Temyata anjing betina itu penakut. Ia menghindar dan makanan yang tinggal sedikit itu sepenuhnya dikuasai bocah perempuan itu dan ia melahapnya. Sedang lelaki setengah umur itu tidak peduli, meneruskan makannya hingga licin tandas dari daun pi sang dan kertas coklat pembungkus. Mengeluarkan sebuah botol air kemasan berisi air, meminumnya separuh. Tanpa bicara apa- apa, bocah perempuan ingusan itu menyambar botol itu dan meminumnya juga hingga tandas. Lelaki setengah umur itu hanya memandang, sedikit terkejut, tapi tidak bicara apa-apa. Air mukanya tawar saja. Mengeluarkan rokok dan membakamya sambil bersandar pada gerobak kecilnya. Tergeletak tidur setelah itu di atas bentangan kardus kuma!.
MALAM telah larut. Bocah perempuan ingusan itu terbirit-birit dikejar gerimis yang mulai menghujan. Rambutnya yang nyaris gimbal itu kini melekat lurus-lurus di kulit kepalanya disiram gerimis. Bunyi krincingan dan kresek-kresek kantong plastik yang dibawanya membangunkan anjing betina kurus berwama hitam itu. Ia menyalak sedikit, kemudian merungus setelah dilempari sepotong kue oleh bocah itu. Lewat peneranganjalan, samar- samar dilihatnya lekaki setengah umur itu tidur bergulung bagai angka lima di atas kardus. Setelah melahap kue, anjing itu kembali tidur di sebelah tuannya, di atas bentangan kardus yang tersisa.
Bocah itu mengeluarkan lilin dan korek api dari dalam kantong plastik. Berkali-kali menggoreskan korek api, padam lagi oleh tiupan angin bertempias. Lalu ia mendekat ke arah lelaki setengah umur itu agar lebih terlindung oleh angin dan berhasil menyalakan lilin. Bocah itu melihat ujung lipatan kardus tersembul dari dalam gerobak kecil di atas kepala lelaki setengah umur itu. Ia berusaha menariknya keluar tanpa menimbulkan suara berisik dan membangunkan lelaki itu. Setelah berhasil, ia membaringkan dirinya yang setengah menggigil karena pakaiannya basah. Merapat pada tubuh lelaki yang memunggunginya itu, sekadar mendapatkan imbasan panas dari tubuh lelaki itu.
Bocah perempuan ingusan itu cepat terlelap dan bermimpi berperahu bersama anjing betina kurus berwama hitam itu di sebuah danau yang sunyi. Deru mesin mobil yang melintasi jembatan beton di atas mereka justru menimbulkan rasa tenteram, rasa hidup di sebuah kota yang sibuk. Lelaki setengah umur itu juga sedang bermimpi tidur dengan seorang perempuan. Ketika ia membalikkan badannya, ia menangkap erat-erat tubuh bocah yang setengah basah itu dan melanjutkan mimpinya.

Sebelumnya, kolong penurunanjalan layang tol itu cukup padat penghuninya di malam hari. Beberapa anakjalanan yang sehari- hari mengamen di sepanjangjalan bawah, juga bermalam di situ. Ada lima anak jalanan laki-Iaki yang selalu menjahili bocah perempuan yang selalu membawa krincingan itu sampai menangis berteriak-teriak. Lelaki setengah umur itu membiarkannya saja. Mungkin menurutnya sesuatu yang biasa-biasa saja, meskipun anak-anak lelaki itu sampai-sampai menelanjangi bocah perempuan ingusan itu. Penghuni lain pun tak ada yang berani membela. Sejak itu, bocah perempuan ingusan itu menghilang, entah tidur di mana.
Lelaki setengah umur itu mulai marah ketika suatu hari ia membawa seekor anjing betina kurus berwama hitam ke markasnya. Mungkin anjing itu kurang sehat hingga semalaman anjing itu terkaingkaing. Lelaki itu tampak berusaha keras mengobati anjing itu dengan menyuguhkan makanan dan air. Tapi, anak-anakjalanan yangjahil itu melempari anjing itu dengan batu. Salah satu batunya mengenai kepala lelaki itu. Lelaki itu meradang, lalu mengambil golok di dalam timbunan buntelan dalam gerobak kecilnya. Anak-anak itu dikejamya. Konon salah seorang terluka oleh golok itu. Namun, mereka tak ada yang berani melawan dan tak berani kembali lagi.
SEBELUM subuh, pasukan tramtib itu datang lagi, lengkap dengan polisi dan beberapa truk dengan bak terbuka pengangkut gelandangan. Sebelum matahari muncul, kolong- kolongjembatan danjalan layang harus bersih dari manusia-manusia kasta paling me lata itu. Mimpi lelaki itu tersangkut bersama gerobaknya di atas bak truk. Begitu juga bocah perempuan itu. Lelaki setengah umur itu menggapai¬gapaikan tangannya, minta petugas menaikkan anjingnya yang menyalak-nyalak, minta ikut bersama tuannya. Tapi, sebuah pentungan kayu telah mendarat di kepala anjing kurus itu hingga terkaing-kaing, berlari ke seberang jalan dan hilang ditelan kegelapan.
"Mampus kau, anjing kurapan!" sumpah petugas itu sambil melompat ke atas truk yang segera berangkat.
Bak truk terbuka itu nyaris penuh, termasuk tukang rokok di halte dekat situ. Lelaki setengah umur itu tampak geram. Matanya mencorong ke arah petugas yang memegang pentungan. Petugas itu pura-pura tidak melihat. Hujan telah berhenti. Iringan truk yang penuh manusia gelandangan kota yang dikawal mobil polisi bersenjata lengkap di depannya, menuju ke suatu tempat arah ke Utara, dan kemudian membelok ke kanan. Dari pengeras suara di puncak-puncak menara masjid terdengar azan subuh bersahut-sahutan. Bulan semangka tipis masih menggantung di langit, kadang-kadang tertutup awan yang bergerak ke Barat.
BEBERAPA minggu kemudian, pelintas jembatan penyeberangan yang beratap itu, kembali menemukan lelaki setengah umur itu berpraktik di tempat sebelumnya. Ia baru turun mengemasi kaleng peot dan alas kardusnya ketika matahari mulai tergelincir ke Barat. Melangkah dengan pasti, menuju tempat gerobak kecilnya ditambatkan.
Di depan pangkalan truk yang telah menyempitkan jalan, lelaki itu mendorong gerobak kecilnya dengan santai sambil mengawasi puntung-puntung rokok yang masih berapi dilempar sopir-sopir truk ke jalan. Ada yang sengaja melemparkan puntung rokoknya ketika laki-Iaki bergerobak itu melintas. Di atas gerobaknya, kini bertengger bocah perempuan ingusan itu sambil terus bemyanyi dengan iringan krincingannya. Orang-orang tak ada yang peduli. *


0 komentar:

Posting Komentar

ARSIP BLOG

REPORTER INAYAH

Liputan :

Linda Lupita K 8B

Anisatul Lu’aili 8B

Helia Batohir 8A

Profil :

Luluk Fatchiyah

Tri Yuliantika

Ratih Sinta


Suroboyoan :

Ananda Putri – 8A

Tiara Maharani – 8A

Three in One :

Shasti 9G

Nadhatul Fitriyah 7F

Farah Safira 7F

Sastra Budaya :

Ammar Zarand Muhammad 8A

Zahra Hasan 9B

Rahma Cyntia 7F

Budiyo 7E

Islam Kontemporer :

Ainul Inayatullah 8A

Shella Es Shabarina 8A

Opini :

Nur Afifah 7C

Bella Eka 7B

Gaya Pesona :

Annisatul Maula 8E

Laily Abidatillah 8C

IPTEK :

Muhammad Nabil

Ruly Ardyansyah

Psiko Problem :

Rr. Karinka 8F

Nur Aini Putri 8F

Motivasi Belajar :

Alya Sabila 8E

Devi Hidayati 8C

Dari Aku Untuk Kamu :

Madya Rachmayani 9D

Atika Prawita Putri 9D

EDITORIAL INAYAH EDISI 8 2010

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Banyak kejadian akan peristiwa yang telah kita lewati. Beberapa prestasi telah pula kita ukir. Semua itu akan menambah kedewasaan dalam berpikir. Pada edisi ini Inayah tampil dengan tema..... Mengasah Life Skill Yuk.......

Nah, apa sich life skill itu? Bisa kalian baca pada artikel di rubrik Islam Kontemporer. Selanjutnya rubrik opini menampilkan curahan pendapat tentang life skill dari teman-teman pembaca setia Inayah.

Rubrik-rubrik andalan pada edisi ini antara lain,

a. Profil menampilkan sosok yang selama ini begitu fenomenal dan pasti semua pembaca kenal yaitu Bp. H. Katsir Usman. Ada apa dengan beliau ................. .

Ikuti penuturannya pada reporter profil kali ini.

b. Selain profil yang menampilkan Bapak/Ibu Guru, terbitan ini juga menampilkan pembaca setia Inayah, Siapa? Namanya Audi. Siapa dan bagaimana dia ........ Ikuti ceritanya.

c. Ada kegiatan penting yang dilaksanakan oleh segenap keluarga besar SMP Ta’miriyah ke sekolah dan pondok terkenal dan dilanjutkan ke Bromo. Mau tau liputannya? Ikuti di rubrik Liputan.

d. Banyak lagi rubrik-rubrik menarik yang dapat disimak di edisi ini.

Okey, kretifitas berupa gambar, foto, artikel, humor, atau apa saja dapat kalian kirimkan ke Redaksi Majalah Inayah.

Selamat Belajar dan Sukses.


Inayah dapat diakses melalui internet dengan blog :

http://www.majalahinayah.blogspot.com

LIVE TRAFFIC FEED

BERLANGGANAN

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

BLOG SPETA

BACA TULISAN TERKAIT

Copyright 2009 | magazineform Theme by templatemodif | supported by grafisae